Beberapa waktu lalu muncul tren tagar #IndonesiaTerserah hingga yang sedang ramai dibicarakan saat ini yaitu #IndonesiaAbnormal. Warganet ramai membicarakan wacana New Normal yang akan diterapkan di Indonesia, banyak yang tidak setuju hingga memplesetkan istilah tersebut menjadi IndonesiaAbnormal. Di luar dari teori konspirasi yang ada, coronavirus tidak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga sangat berdampak pada sektor ekonomi dan sosial. Di beberapa negara maju terdampak Covid-19 seperti Amerika, Italia, dan Korea Selatan sudah mulai menerapkan New Normal karena ketidak jelasan kapan berakhirnya wabah, dan ada negara yang harus diselamatkan. Namun, apakah Indonesia sudah cukup siap menerapkan New Normal sedangkan kurva penderita Covid-19 masih terus meningkat.
Per awal Mei kemarin katanya PSBB diperketat, tapi kok bandara malah dibuka?
Rumah ibadah masih dilarang, tapi kok mall-mall malah dibuka?
Pasar ditutup, tapi kok industri jalan terus?
Alangkah lucunya negeri ini.
Jalanan di tiap kota zona merah yang dulu sempat seperti kota mati, kini sudah mulai ramai layaknya coronavirus tak pernah mampir mewabahi. Banyak pula ditemui masyarakat yang masih belum taat dengan protokol kesehatan, seperti tidak memakai masker ketika bepergian ke luar rumah, tidak membiasakan mencuci tangan, hingga tidak menjauhi keramaian. “Kok masih pada ngeyel sih?”, atau mungkin masyarakat yang tidak taat dengan protokol kesehatan dan aturan PSBB ini karena kurang tegasnya pemerintah dalam menangani persoalan Covid-19. Aktif dalam menerapkan aturan tapi ‘nihil’ di lapangan. Kinerjanya sudah seperti judul lagu pop tahun 2000-an “Antara Ada dan Tiada”, atau seperti tipe pemain game, “AFK”?
Tetap karantina mandiri atau menerapkan The New Normal untuk negara berkembang seperti Indonesia memang bukan pilihan yang mudah. Jika tetap harus karantina mandiri memang akan membuat masyarakat aman dari virus dan wabah akan cepat hilang, namun akan semakin banyak masyarakat menengah ke bawah yang mati kelaparan. Sedangkan jika New Normal diterapkan kita akan hidup berdampingan dengan virus, dan kurva penderita Covid-19 mungkin akan terus meningkat. Lalu mana pilihan yang paling tepat? Mana yang harus diselamatkan terlebih dahulu? Masing-masing dari kita mempunyai pilihan dan argumen terbaik versi sendiri. Termasuk pemerintah.
Tanpa sadar kini kita semua sedang bersama-sama mengukir sejarah dunia. Pandemi Covid-19 mungkin saja akan menjadi krisis terbesar yang dialami generasi kita. Keputusan yang diambil pemerintah pada saat ini tidak hanya berdampak pada kehidupan sekarang, namun juga akan berdampak pada kehidupan di masa yang akan datang.
Pandemi Covid-19 telah merubah banyak hal dalam kehidupan, di The New Normal kita akan menemukan kemungkinan kebiasaan-kebiasaan baru di tengah masyarakat seperti:
Ketakutan akan terserang virus menjadikan semua orang semakin ketat menjaga kesehatan dan kebersihan. Jika kita keluar rumah akan ditemui wastafel cuci tangan di banyak tempat, keberadaan hand sanitizer pun menjadi hal yang paling krusial, memakai masker mejadi tren baru di kalangan masyarakat, hingga mengkonsumsi vitamin dan jamu menjadi suatu keharusan.
Paragraph writing is also a fun, if you know after that you can write otherwise it is complex to write.|
Just want to say your article is as astonishing. The clearness for your submit is just excellent and that i can assume you’re a professional in this subject. Well along with your permission let me to seize your feed to stay up to date with impending post. Thank you one million and please continue the gratifying work.