class="post-template-default single single-post postid-15 single-format-standard wp-embed-responsive layout-featuredbanner">
My Journal

Belajar Berhenti Menjadi People Pleaser Yuk!

Banyak dari kita yang tidak sadar telah menanamkan sikap “gak enakan” atau yang dikenal sebagai people pleaser. People pleaser adalah orang yang selalu melakukan dan mengatakan hal yang menyenangkan orang lain, meski bertentangan dengan apa yang ia pikirkan dan ia rasakan. Semua itu ia lakukan agar orang lain tidak kecewa padanya.
Ciri-ciri people pleaser yaitu menaruh kepentingan orang lain di atas kepentingan ia sendiri dengan tujuan agar ia disukai, sehingga ia membentuk dirinya sesuai dengan harapan orang lain. Tampak luar ia meng-iya-kan dengan senyuman, tapi dalam hati ia menyimpan segala bentuk bantahan yang jika menumpuk melahirkan rasa kesal, amarah, atau bahkan kebencian.
People pleaser punya kebutuhan tertinggi untuk diterima oleh orang lain, maka dari itu ia setuju dengan sorot terbanyak tanpa mempertimbangkan atau mengutarakan terlebih dahulu pemikiran dan perasaannya. Ia mensensor diri dari konflik agar tidak dikucilkan dari khalayak, sehingga tidak jarang akhirnya ia terkesan tidak punya pendirian.

B: “eh lagu terbarunya Nirvana enak banget ya, lu juga suka kan?
A: “hah? Oh yang itu iya iya gue juga suka.
C: “ih masa ada si lagu kaya gini, aneh banget ga si?
A: “iya ih norak..

People pleaser cenderung sulit untuk mengenal dirinya sendiri. Ia sulit mengenali apa yang ia rasakan dan ia inginkan karena sibuk memperhatikan perasaan dan memenuhi kebutuhan orang lain. Saking sibuknya menjaga perasaan orang lain, ia jadi sering meminta maaf walau kesalahan bukan ia yang lakukan.
People pleaser sering kali menganggap rendah penilaian terhadap diri sendiri. Malah ada yang melihat nilai dirinya melalui seberapa banyak pujian yang ia dapatkan dari orang lain. People pleaser percaya bahwa ia hanya layak dicintai ketika ia memberikan segalanya pada orang lain, ini menjadi sangat berbahaya jika ia berada dalam suatu hubungan yang sarat kekerasan, karena ia akan sangat mudah memaafkan dan mentolerir pasangan atau siapa pun orang terdekatnya yang melakukan kekerasan terhadapnya.
Menyenangkan orang lain memang mendatangkan kebahagiaan tersendiri di hati kita. Kita juga dapat dengan mudah menjalin hubungan baik dengan orang lain jika kita mempertimbangkan perasaan dan keinginan mereka, dan itu adalah hal yang baik. Namun jika kadarnya berlebihan, hal ini dapat menjadi masalah bagi people pleaser itu sendiri atau pun orang sekitar. Karena selalu berusaha menyenangkan orang lain, people pleaser sering kali jadi dimanfaatkan oleh orang lain. Karena minim kendali atas pikiran, perasaan, dan hatinya, hidupnya jadi kurang memuaskan.
Seseorang menjadi people pleaser bisa disebabkan karena masa lalunya. Bisa jadi dulu ia dibesarkan oleh mereka yang tidak bisa menerima atau memaafkan perlawanan-perlawanan kecilnya yang sebenarnya alami, mungkin Ayah atau Ibunya sering marah besar hanya jika ia ingin makan sesuatu yang berbeda dari makanan yang sudah disiapkan.
Mungkin juga ia dibesarkan oleh seseorang yang rapuh, sehingga ia terbiasa menyembunyikan hal-hal tidak enak untuk menyenangkan Ayah-Ibunya dan agar tidak menambah beban pikiran mereka.
Mungkin waktu kecil ia tidak punya ruang untuk mengungkapkan apa pun yang tidak sejalan dengan keinginan Ayah-Ibunya. Ia melihat bahwa perbedaan opini adalah sumber perselisihan yang bisa mengakibatkan posisinya terancam. Sehingga ketika dewasa pola pikir yang terbentuk adalah untuk bertahan hidup ia harus selalu sejalan dengan apa yang orang lain harapkan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa like di media sosial sering kali membuat orang menjadi people pleaser. Likes mendorong sebagian pengguna aktif menggunakan suatu gambar atau kata-kata yang bertujuan mengundang banyak like. Melakukan apa pun agar mendapat pengakuan dari orang lain, hingga menyebabkan ia berhenti menjadi dirinya sendiri.
Lalu, bagaimana stop menjadi people pleaser?
Mulai belajar mengatakan tidak dengan ramah. Kamu akan menyadari bahwa mengatakan “tidak” bukan akhir dari segalanya, karena masih banyak orang yang bisa menerima perbedaan pendapat selagi kita menyampaikanya dengan cara yang baik.
Semakin dewasa kita sudah lebih punya kemampuan untuk megungkapkan perasaan-perasaan rumit tanpa harus menyinggung orang lain.
Kita bisa menghindari sikap dari people pleasing mulai dari hal-hal kecil seperti:
  “Eh ngopi di cafe A yuk, disana kata ada menu baru loh. Mumpung baru gajian!
  “Hmm gue ngga ikut deh, ngopi di rumah aja.  Lagi nabung hehe.”
Mengungkapkan pendapat sendiri pada hal sederhana:
  “Ih kok lu dengerinnya dangdut? Norak tau ga si
  “Dangdut itu musik khas Indonesia, lagian musiknya juga asik gua suka.
Maupun mengambil sikap atas sesuatu yang kita yakini:
  “Cowok yang ngerokok terus pake vespa style indie gitu keren banget ya
  “Kalo menurut gua si yang keren itu cowok yang sholat jama’ah di masjid
Kita tidak perlu selalu menjadi yang disukai oleh semua orang, karena menjadi manusia yang disukai semua orang itu juga gak mungkin kan? Selama kita selalu berbuat baik, selalu mencoba meyukai diri sendiri dan disukai orang yang menyukai kita dengan menerima segala kekurangan dan kelebihan kita, sepertinya itu sudah cukup.
‘You Can’t Be Everything for Everyone’

Stop jadi people pleaser, kamu berharga karena kamu adalah kamu, bukan karena apa yang orang lain katakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *